Rabu, 22 April 2009

Keindahan kecil didepan rumah


Hari minggu pagi itu hujan deras seperti ditumpahkan dari atas langit, saya terpaksa
membatalkan acara jalan-jalan bersama istri dan anak-anak. Bahkan hingga siang hari hujanpun belum surut, tapi menjelang ashar hujan mulai berhenti, namun niat untuk jalan-jalan sudah mulai pudar. Tapi anak syifa putriku yang sulung sepertinya sudah bosen didalam rumah sejak pagi, dia ngajak main dihalaman depan. Tapi tiba-tiba sebuah ide muncul, saya ngajak syifa untuk foto-foto didepan rumah, mumpung udaranya segar. Kamera saku digital saya jepretkan kesana-kemari, syifa bergaya didepan kamera bak foto model cilik dengan pakaian ala kadarnya. Tetapi pandangan saya tertarik melihat segarnya tumbuh-tumbuhan yang habis dibasuh air hujan. Saya coba membidik rumput yang terlihat segar yang tumbuh dilahan sekitar tanaman bunga istri saya, dengan gaya sedikit nungging bak profesional saya menyibak rumput-rumput yang semestinya sudah saya babat atas perintah istri minggu lalu. Bunga yang saya nggak tau apa namanya seperti terlihat difoto diatas berhasil saya tangkap, ternyata disela-sela rumput yang acak-acakan itu terselip juga keindahan yang andaikata dikiaskan seperti seorang putri disarang penyamun.



Setelah badan pegel-pegel karena bungkuk-bungkuk waktu jepret rumput, perhatian lensa kamera dialihkan ke bunga rosela yang sedang mekar. Bunga yang baru saya tau namanya setelah saya membeli sebungkus teh yang berasal dari bunga rosela, dan setelah saya amati ternyata setelah mekar bunga ini akan menguncup lagi dan menghasilkan kelopak bunga yang keras berwarna merah menyala, setelah dijemur sampai kering bisa diseduh menjadi teh dengan rasa yang agak kecut-kecut sepet dengan sederet kasiat bagi tubuh. Ternyata indah juga bunganya, baru sadar saya ternyata bunga indah ini tampak semakin segar dengan tetesan air hujan yang masih menempel dikelopaknya.



Kira-kira seperti ini bunga rosela disaat menguncup setelah mekar tadi. Warna merah disela-sela dedaunan berwarna hijau, seperti batu merah delima diantara batu-batu jambrut. Ternyata dengan menikmati pemandangan dikebun bunga kecil yang berukuran tak lebih dari 2x2 meter didepan rumah sudah bisa memberikan kesegaran bagi jiwa setelah dari pagi tadi nyungsep didalam rumah dengan hanya menonton TV, yang acaranya dimonopoli oleh film kartun dan acara untuk anak-anak.


Taman yang kecil ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi mata, ternyata ada sekikit keindahan disudut kecil itu yang selama ini jarang dilihat.


Keindahan itu mungkin terlihat kecil bagi mataku, tapi mungkin tidak bagi lalat ini.
Bagaiman dengan indahnya taman surga ya, mungkin andaikan kita didalamnya bagaikan lalat ini berada di Taman Mini Indonesia Indah atau berada Hutan taman nasional yang luasnya beribu-ribu hektar. Ya, Allah hamba bersyukur terhadap segala keindahan yang telah Engkau berikan, selama ini udara segar yang kami hirup tetap engkau berikan secara gratis, mata yang engkau berikan bisa kami gunakan untuk melihat ciptaanmu yang beragam keindahannya. Jadikan keindahan dan kemudahan yang engkau berikan tetap engkau berikan, dan jadikanlah kami mahluk yang bersyukur terhadap-MU.
Uco Isnaini

2 komentar:

  1. Salam Sua UCO ISNAINI... ternyata 'pernah' ngblog juga toh ?

    BalasHapus
  2. Harus masih banyak belajar dari wartawan chandra leka nich

    BalasHapus