Rabu, 11 Februari 2009

Anggota Baru Keluarga


Hari itu jum'at tgl 8 Agustus 2008, saya sedang meeting dikantor bersama teman-teman dari pagi hingga sore hari. Tiba-tiba Handphone saya berbunyi dan terdengar suara istri saya berbicara dengan nada panik;

"Pa, ketubannya udah pecah, ini air ketubannya udah berceceran di lantai"

Wah...padahal kan baru tadi pagi periksa kehamilan dan katanya perkiraan minggu depan lahirnya. Sayapun jadi panik waktu menunjukkan pukul 6.30 sore...sekelebat kemudian saya sudah ada diatas motor dengan memegang tas kresek yang berisi sebungkus nasi goreng didalamnya, jatah makan malam rapat. Dan sebelumnya saya berpesan agar menghubungi tetangga agar bisa diantar ke klinik bidan yang letaknya tidak jauh dari rumah. Setelah melaju diatas sepeda motor...baru teringat, anak pertama kami Syifa bersama siapa?...karena memang tidak ada keluarga lain yang dekat dari rumah. Tapi mudah-mudahan tetangga bisa membantu menjaga sementara anak kami. Dan Alhamdulillah, saya tiba di klinik..dan segera bertemu dengan istri dan berbincang dengan bidan, "Bagaimana keadaan istri saya bu?", saya bertanya dengan tegang sekaligus senang, mengingat hari ini fenomena tanggal 8 Agustus 2008 (8-8-8). "Ketubannya sudah pecah, tapi pembukaannya masih kecil, kita tunggu saja perkembangannya sampai beberapa jam kedepan, andaikata dalam 12 jam kedepan tidak ada perubahan maka kemungkinan harus dioprasi cesar", kata bu bidan dengan nada sabar.

Saya menunggu jam demi jam, dan penderitaan istri semakin bertambah, saya menghubungi mertua untuk datang dan membantu menjada syifa. Pada jam 11 malam istri saya (Dewi Anggaraini) merintih dan saya rasa ini saatnya melahirkan. Ibu bidan saya panggil, dan dengan wajah mengantuk dewi diperiksa diruang bersalin, "wah ...pembukaannya masih kecil, bagaimana pak...mau ditunggu 6 jam lagi atau kita ambil tindakan cesar ke rumah sakit.Dengan wajah bingung saya memutuskan agar lebih baik dilakukan tindakan cesar ke RS, karena raut muka dewi sepertinya sudah tidak tahan lagi.

Jam 12 Malam, ambulance RS Jati Sampurna datang, dan segera membawa saya, istri, dan bidan menuju RS. Alhamdulillah jalanan sepi, namun mendekati RS ternyata jalan sedang diperbaiki sehingga kondisinya bergelombang, dan mobil agak terguncang-guncang. Tak henti-hentinya saya berdoa kepada Allah agar jalan kami dan proses melahirkan dipermudah. Tiba di RS, petugas dengan sigap membawa dewi ke ruang tunggu oprasi dan mempersiapkan segala susuatunya. Tapi oprasi baru akan dilakukan setelah sholat subuh. Saya menunggu dan tak henti-henti melafatz kan ayat-ayat suci Al-Qur'an, agar jiwa saya tenang. Setelah sholat subuh, dokter melakukan oprasi, tidak banyak yang dapat saya lakukan selain menunggu dan berbincang dengan bidan yanti, untuk menghilangkan kepanikan. Tak berapa lama terdengar tangisan bayi dari ruang oprasi, Alhamdulillah itu suara anakku, dan bayi mungil tersebut dibawa oleh seorang suster menuju ruang perawatan bayi. Bidan yanti segera mengingatkan saya untuk adzan di telinga bayi, sesuai tradisi islam.

Alhamdulillah bayi saya sehat, hanya penjelasan dari dokter, leher bayi terbelit tali pusar, dan itu berarti keputusan saya mengambil tindakan oprasi cesar itu sudah tepat. Dan istripun sehat wal Afiat, hanya tinggal menunggu reaksi biusnya habis.

Alhamdulillah, puji syukur pada Allah, anggota baru keluarga kami telah terlahir, dan saya beri nama "Muhammad Fattah Nugraha". "Muhammad" adalah nabi besar umat muslim, "Fattah" artinya pembuka dalam bahasa arab, dan "Nugraha" artinya anugrah dalam bahasa sansekerta.

Jadi Muhammad pembuka pintu anugrah, itulah arti nama anak kami, dan semoga anak kami ini bisa mengikuti tauladan Rasulullah dan menjadi jalan bagi terbukanya pintu anugrah bagi keluarga, bangsa dan agama. Dan mudah-mudahan menjadi anak yang Sholeh, Amin !