Kamis, 07 Mei 2009

Bayiku di khitan

Senin 4 mei 2009, saya membawa Fattah (anak laki2ku yang berumur 8 bulan) ke dokter spesialis anak, setelah selama 3 minggu demam dan agak rewel. Oleh dokter disarankan untuk tes darah dan tes urine. Setelah melihat hasil lab. dokter mengatakan hasil tes darahnya bagus, tapi hasil tes urinenya terindikasi ada infeksi disaluran pembuangan air kecil, rupanya ini penyebab demam pada anakku. Dari penjelasan dokter merekomendasikan agar anakku di khitan (sunat), oh...bayiku yang baru berumur 8 bulan akan disunat. Karena apabila tidak disunat, dikhawatirkan infeksinya bakan meradang dan ujung2nya bisa merusak ginjal. Dokter membuat rekomendasi untuk konsultasi dengan dokter spesialis bedah.
Rabu 6 mei 2009, kembali saya membawa Fattah untuk berkonsultasi dengan dokter bedah, dan disarankan bagaimana kalo di sunat sekarang!.
Wow....bayiku akan disunat sekarang, hati dag-dig-dug, setelah administrasi diselesaikan ke kasir, peralatan operasi kecil disiapkan. Dokter, suster, saya dan ibu mertuaku berada didalam ruangan operasi kecl. Saya dan ibu mertua memegangi Fattah agar tidak terlalu banyak meronta. Dokter memerintahku untuk memegang kaki, dan ibu mertuaku memegang tangan, Fattah tampak stress sehingga air kencing memancur bagaikan air mancur bundaran HI membasahi tanganku. Mataku terpejam...nggak tega melihat bayi kecilku disayat tititnya, walaupun dalam pengaruh bius tapi bayiku tetap meronta, mungkin karena tidak familiar dengan dokter dan susternya. Jantungku berdebar, keringat bercucuran, tak tega rasanya....tapi demi kesehatan dan ibadah, aku kuatkan hatiku.
Beres sudah proses khitan, dengan isak tangis tersisa bayiku seperti mengadu sejadi-jadinya. Istriku segera datang dan memberi ASI agar bayiku tenang. Setelah diberi resep kami keluar dari ruangan dokter, dan resep dokter kubawa ke apotik RS. Tapi antrian sangat panjang dan tumpukan resep begitu banyak dalam daftar antrian. Setelah membayar, aku masih harus menunggu obat diloket pengambilan obat.
Sambil mengantri sayup2 aku mendengar isak tangis bayiku, dan saat kuliat ke arah istriku ternyata sepertinya dia memanggilku. Segera kuhampiri dengan panik, dan ternyata jahitan sunat anakku ada yang terlepas dibagian bawah sehingga mengeluarkan darah. Segera kubopong kembali kedalam ruang dokter, dan dokter dengan sigap kembali membenahi onderdil anakku dan menghentikan pendarahannya. 5 menit kemudian semua telah beres, dan tanpa kusadari saat proses kedua tadi anakku mengucapkan kata2 pertamanya "papa".
Selesai sudah proses khitanan anakku, suster membantu mengambilkan obat anakku agar kami bisa segera pulang, mengingat antrian pasien yang akan menebus obat amat panjang. Fattah tertidur dalam dekapanku, hatiku bangga...karena bayi kecilku begitu berani menghadapi salah satu proses dalam hidupnya yang hanya akan ia alami sekali seumur hidupnya.
Selamat anakku, sekarang engkau telah menjadi laki-laki, mudah-mudahan engkau selalu sehat, kuat dan cerdas, Amin !!!



Uco Isnaini
Bapakmu yang selalu menyayangimu

2 komentar:

  1. Hmmm... hanya ada satu kata, Tabah.
    Kebetulan putri saya pernah pula dirawat di RS Sanglah, diinfus lantaran muntah-muntah hingga nyaris kehabisan cairan.
    Usianya saat itu baru 5 bulan, menjelang Otonan (upacara 6 bulanan). Sangat miris memang melihat buah hati kita sakit dan menangis...

    BalasHapus
  2. Ohya, barangkali untuk kedepannya, ada baiknya kamu mencari tahu tentang kesehatan bayi pada usia tertentu. Saya pernah membeli sebuah buku 'Parents Guide' yang isinya semua tentang anak usia 1 bulan hingga 5 tahun. Barangkali itu bisa berguna. Coba cari di toko buku Gramedia.

    Tentang apa yang Uco alami, saya pernah membacanya kok. Salah satu penyebabnya adalah karena jarangnya melakukan pembersihan pada (maaf) alat kelamin anak, terutama pada kulit selaput pembungkusnya tersebut.

    Ohya, berikut Link cerita tentang Putri saya. Barangkali bisa sedikit berbagi...
    http://pandebaik.com/2008/09/29/kembali-ke-rs-sanglah/
    http://pandebaik.com/2008/09/29/rs-sanglah-sebuah-cerita-tentang-ketidaknyamanan/

    BalasHapus